Fitrah Anak dan Investasi Orang Tua Pada Anak
Anak adalah investasi bagi kedua orang tua dan orang-orang terdekatnya. Jika ia baik maka kebaikannya akan berdampak pada kedua orang tuanya. Begitu juga sebaliknya, jika ia perangainya buruk, maka keburukannya akan berdampak pada orang tuanya.
Ada yang bilang, anak itu ibarat buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Tapi tidak sepenuhnya benar. Banyak fakta orang tua yang terkenal berperangai buruk, tapi anaknya bertolak belakang dengan perilakunya. Begitupun sebaliknya, tak sedikit juga orang tua yang terkenal baik, tapi anaknya durhaka luar biasa. Meskipun banyak sekali orang tua baik dan naknya juga baik.
Tapi fitrahnya seburuk-buruknya perilaku orang tua, tidak akan menginginkan si anak seperti orang tuanya. Tapi kita bersepakat, mau seperti si anak ke depannya itu tergantung dari peran besar orang tuanya. Yang terkadang usaha tidak selalu sejalan dengan hasil akhir.
--------
Ada yang bilang,
"anak kecil itu masanya bermain, janganlah diberi beban yang berat, kasihan anaknya"
"Yang penting jadi anak sholih/ sholihah, nggak hafal quran juga nggak papa"
"Ngatur anak kecil itu susah, apa iya disekolah ia bisa duduk dengan tenang dan bisa diatur, apalagi anak balita?"
"Jangan mendidik terlalu keras, karena akalnya belum sempurna, sesuaikan pembelajaran dengan masanya"
apalagi ya?
Sering dengar tidak ucapan seperti itu bunda?
Atau dalam tontonan televisi ada yang bilang "Animasi Nusa Rara itu tidak sesuai dengan kultur indonesia, masa anak kecil perilakunya sudah seperti orang dewasa! Kan gak masuk akal"
Bunda, apa yang kita bentuk untuk anak kita itu adalah bagaimana bentukan lingkungan, tontonan dan perilaku dan sikap orang sekelilingnya. Begitu juga dengan penilaian kita tentang sesuatu, itu juga tergantung dari lingkungan kita atau apa yang kita interaksikan. Betul tidak?
Jadi kalau kita menilai "itu tidak bisa" atau "itu tidak biasa", bisa jadi karena tidak ada contoh nyata disekitar kita. Atau karena enggan untuk melakukan itu.
Kalau kita menilai itu tidak umum, karena pandangan keumuman kita beda dengan keumuman mereka..
Di pondok pesantren atau boarding school setingkat SD atau SMP, bangun malam untuk tahajud itu anak kecil sudah biasa.
Ngaji tiap hari entah dengan target atau tanpa target itu anak kecil sudah biasa.
Shalat fardhu tepat waktu berjamaah ditambah dengan shalat sunnat qobliyah dan bakdiyah, anak kecil itu sudah biasa.
Jadi kebiasaan atau bahkan sudah menjadi watak seseorang itu tergantung bagaimana lingkungan memperlakukannya. Karena ia kan tumbuh dan membiasakan dirimenyesuaikan dengan apa yang diterapkan lingkungannya.
Ada Kasus Anak Pondok atau boardingschool Stres atau membangkang itu bagaimana?
Perkara ada cerita anak membangkang, anak jadi stres dan omongan yang lain itu harusnya bisa dipecahkan oleh pendidik dan orang tuanya.
Karena, yang mempengaruhi kenyamanan mereka dalam membiasakan diri dengan kebiasaan yang ditargetnya adalah tergantung bagaimana orang tua mengajarkan suasana yang nyaman pada anak-anak dari kegiatan new normalnya.
Jadi teringat taujih Al-Hafiz Kyai Abdul Aziz Abdul Rauf Lc, saat ada seorang ibu ibu bertanya kepadanya dalam sebuah majlis quran : "Kyai, Apakah kalau kita mengajari anak Al-Quran sejak dini itu akan menjadi beban buatnya?"
Lalu beliau Kyai Abdul Aziz Abdul Rauf L, Al-Hafiz menjawab "Al-Quran itu mukjizat, tidak mungkin akan membuat stress yang menghafal meskipun ia anak kecil. Jika ada kasus seperti itu (menjadi anak stress setelah belajar Al-quran) bisa jadi ada yang salah dengan metode pendekatannya atau metode pengajarannya. Nah itu yang harus dievaluasi bagi orang yang membersamainya, bukan Al-Qurannya."
Masa Kecil Para Pejuang
Bagaimana sih kehidupan sang Penakluk Konstantinopel semasa hidupnya? Apa bermain lebih banyak dari belajarnya?
Bagaimana sih kehidupan masa kecil para Sahabat dan Shahabiyah yang dijamin masuk syurga ketika kecilnya? apakah ia lebih banyak bermain?
Bagaimana kehidupan rasul Muhammad semasa kecilnya, apakah ia kebanyakan bermain?
Apalagi, tantangan hidup kedepan semakin keras, Jika tidak dimulai dari masa kecil, akan terlambat atau bahkan susah untuk menyesuaikan dengan zaman. Dan Sebaik baik-benteng adalah alquran dan beriman kepada Allah.
'Bukankah pelaut yang ulung itu akan lahir dari ombak besar yang menggulung?"
Semua dikembalikan kepada orang tua yang didasari dengan selera dan misi masing-masing dalam mendidik anak-anaknya.
____
Pernah lihat video balita china yang ikut kursus atau latihan pingpong sampai menangis disetiap sesi latihan?
Kalau orang tuanya saat itu tidak support penuh dan tidak selalu menguatkan serta membesarkan hatinya sebelum dan sesudah latihan, bisa jadi si anak hari ke tiga dan atau seterusnya tidak mau berangkat latihan lagi.
Disinilah salah satu peran orang tua, Karena kuncinya ada pada orang tua bagaimana ia menguatkan anaknya kenapa harus memilih jalan yang berat tersebut.
Tapi nyatanya si anak terus ikut latihan, dan latihannya membuahkan hasil yang memuaskan dikejuaraan pingpong yang ia ikuti.
Bukankah kita sudah familiar dengan ungkapan, "hasil tidak akan menghianati usaha? Meskipun kata-kata tersebut salah kaprah. Karena manusia ranahnya berusaha, sedangkan hasilnya Allah yang memutuskan.
Tapi hasil bisa jadi akan berbeda dengan usaha dan menjadi boomerang, manakala anak hanya disuruh mengikuti kemampuan orang tua seperti robot atau mesin pemuas bagi semua keinginan orang tua. Tak ada yang membesarkan hatinya, tak ada yang menguatkan akan jalan yang harus ia pilih, dan tak ada yang menghibur sebelum dan setelah melakukan aktifitasnya.
Al-Quran dan Iman Menjadi Bekal Utama sebelum Bekal Lainnya
Begitupun dengan para orang tua yang memantapkan anaknya untuk masuk ke sekolah hafalan quran, karena mereka para orang tua hal itu dipandang perlu. Perlu Al-quran dan iman menjadi bekal putra-putrinya sebelum bekal lainnya.
Bukan semata-mata meminta anak untuk mempersembahkan mahkota padanya dikahirat kelak. Itu juga betul, tapi itu urusan nanti. Yang paling penting adalah kita sebagai orang tua bisa memberikan pendidikan terbaik untuk bekal masa mendatang bagi putra-putri kita dengan jalan yang kita pilih, yaitu dengan menyekolahkannya anak-anak di sekolah hafalan alquran.
Jadi stress tidaknya anak dengan aktifitas main atau sekolah yang ia jalani adalah PR bagi orang tua untuk menetralkan hal yang negatif yang ditangkap si-anak selama bermain atau selama proses belajar baik disekolah ataupun dirumah.
Anak Jadi Sering Mengigau, Wajarkah atau Tanda-tanda Stres?
Anak Jadi Sering Mengigau, Wajarkah atau Tanda-tanda Stres itu bagaimana orang tuanya saja menyikapinya. Bagi saya itu hal yang wajar-wajr saja!! Jadi wajar saja jika anak mengigau tentang aktifitas sehari-harinya...
Jika anak sering latihan olahraga, wajar jika anaknya ketika tidur mengigau aktifitas olahraga yang sering ia lakukan.
Jika anak tiap harinya sering nangis atau bertengkar, maka ketika tidur dan mengigau, iapun mengigau aktifitas bertengkar atau menangis.
Jika anaknya sering hafalan quran, sangat wajar jika yang keluar dari igauannya adalah seolah ia sedang membaca menghafal, atau mengulang bacaan alquran.
Selama anak bangun tidur masih bisa ceria dan bisa beraktifitas, tak perlu khawatir dengan aktifitas yang dikerjakan sebelumnya.
Targetkan dan Arahkan Anak-Anak Kita
Masing-masing orang tua punya target sendiri untuk anak-anaknya dan kita tidak berhak apalagi memaksakan pemikiran orang tua yang lain harus sama dengan pemikiran kita. Yang hasilnya apapun itu kita sebagai orang tua yang akan menikmatinya juga.
Saya menulis seperti ini bukan berarti saya sudah menjadi orang tua yang baik dan sempurna, tapi ini adalah jalan bagi diri saya mengingatkan saya pribadi lewat tulisan tulisan saya. Karena saya sendiri masih belajar menjadi orang yang baik menjadi teman belajar yang baik bagi anak-anak saya.
Ini murni pendapat saya, jika ada yang tidak sependapat atau kurang setuju itu hak masing-masing. Karena masing-masing punya jalan pemikiran sendiri-sendiri
Mengajarkan Alquran (menghafal) kepada anak sedini mungkin itu bagaikan mengukir diatas batu yang keras, hafalanakan lama memebas alias tidak cepat hilang. Sedangkan menghafal Al-Quran pada orang dewasa itu bagaikan mengukir diatas air, gambang lupa atau cepat hilangnya, ada riak kecil datang sudah terhapus ukirannya.
Terinspirasi dari tulisan realitarelita.com
Terinspirasi dari tulisan realitarelita.com
Post a Comment for "Fitrah Anak dan Investasi Orang Tua Pada Anak"
Post a Comment
PERHATIAN :
Balasan dari komentar anonim/ unknown akan dihapus setelah 24 jam.
Menyisipkan Link hidup akan langsung DIHAPUS
Terimakasih sudah berkenan untuk berkunjung.
Simak juga komentar yang ada karena bisa jadi akan lebih menjawab pertanyaan yg akan diajukan.