Dibalik Keberhasilan ASi Ekslusif, Ada Ayah Asi yang Selalu Mendukung dan Menemani
Dibalik keberhasilan Ibu
menyusui bayinya dengan ASI ekslusif, ternyata ada peran ayah yang tak kalah
penting disana. Bukan bermaksud meninggikan saya sendiri atau kaum bapak pada
umumnya, tapi memang demikian faktanya.
Tanpa ada dukungan penuh dari Ayah ASI maka impian ASI ekslusif untuk si kecil
bisa-bisa tidak terwujud. Ditambah lagi disekitar kitapun ternyata sudah banyak
“agen” susu formula (sufor) secara tidak langsung, dan agen agen itu bisa jadi
ada didekat kita sendiri dan menjadi penghalang dalam program ASI ekslusif yang
kita canangkan.
Mumpung masih dalam bulan Agustus, dimana ada peringatan Pekan ASI Dunia di bulan tersebut. Tak ada kata terlambat untuk membagi pengalaman meskipun pekan asi dunia terperingati tanggal 1-7 Agustus kemarin.
Istilah Ayah ASI
disematkan kepada para ayah yang membantu perjuangan seorang istri untuk
memberikan ASI untuk si kecil dari bayi hingga si anak berumur 2 tahun. Ia pun
berusaha menjauhkan susu formula pada anaknya meskipun hanya sebatas kebutuhan
“tambahan”. Ia bukan hanya memotivasi dengan kata-kata tapi juga mengupayakan
dengan tindakan nyata. [Baca Juga : Menjadi Calon Ayah Siaga]
Pengetahuan tentang
manfaat ASI lah yang harus diketahui dan ditanamkan kepada semua orang tua,
dengan mengetahui manfaat yang luar biasa dari ASI maka kita akan lebih
termotivasi untuk selalu memberikan ASI kepada anak kita. Jika ASI belum keluar
atau sudah keluar tapi sedikit maka para orang tua itupun akan selalu
mengusahakan agar ASI itu bisa keluar dengan lancar. Pengetahuan tentang bahaya
susu formula juga tidak kalah penting untuk digali agar kita semakin bisa
menjauhi barang tersebut meskipun dalam kondisi kepepet.
Berilah makanan untuk
si kecil sesuai dengan fitrahnya. ASI lah makanan yang fitrah dan yang terbaik
untuk si kecil. Al-Qur’an dan Ilmu kesehatan sudah memerintahkan demikian.
“Para
ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi
yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan
pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan
menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan
karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban
demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan
keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika
kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila
kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah
dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” [QS
al-Baqoroh : 233]
Terisnpirasai dari ayat
di atas, saya dan istri bertekad untuk bisa memberikan ASI pada anak kami
hingga usianya mencapai 2 tahun tanpa ada tambahan susu formula. Tidak mudah
memang untuk mewujudkan itu semua dan ikhtiar itu masih akan kami lakukan.
Kenapa tidak mudah? Bukankah jika ASI itu makanan yang fitrah untuk si kecil
Allah akan menjamin itu semua? Ternyata dalam kenyataannya tidak semua ibu yang
baru melahirkan langsung keluar ASInya. Ujian ini jika melihat ayat diatas maka
Allah berikan berdasarkan kadar kesanggupan hambaNya. Sehingga harus ada
ikhtiar bagi para orang tua agar bisa lulus dari ujian-ujian tersebut jika ia
menginginkan ASI itu menjadi makanan utama bagi anaknya.
Memilih Tempat Persalinan Pro-ASI
Memilih tempat persalinan
yang mendukung IMD merupakan langkah awal yang sangat penting bagi kelancaran
ASI untuk si kecil. Gampang-gampang susah untuk menemukan tempat persalinan
yang mendukung IMD dan pro ASI. Sehingga harus mencoba berkunjung kebeberapa
bidan untuk pemeriksaan rutin kehamilan sekaligus investigasi terkait
penanganannya saat menangani persalinan. Sehingga menemukan bidan dan tempat
persalinan yang cocok sesuai harapan kita. Giliran sudah ada yang cocok, saat detik-detik persalinan, istri malah harus dibawa ke Rumah
Sakit dan harus melahirkan disana. Alhamdulillahnya rumah sakit tersebut
mendukung IMD dan istri saya ditangani oleh bidan yang pro ASI. Meskipun
setelah beberapa hari di R.S diketahui ada
bidan-bidan yang pro dengan susu formula.
Bersyukur sekali bisa
menyaksikan persalinan, kehamilan hingga IMD anak pertama saya secara langsung.
Bersyukur sekali bisa kembali melihat senyum mengembang cerah sang istri,
setelah perjuangannya dalam kegelisahan dan menahan rasa sakit hampir selama 3
hari. Bersyukur pula karena kondisi ibu dan bayinya yang sehat setelah
mengalami masa persalinan yang cukup panjang. Butuh perjuangan seorang ibu yang luar biasa
agar anak pertama kami bisa lahir dengan selamat. Kisah perjuangan tersebut bisa
baca di artikel yang istri saya buat [ASI
Ekslusif itu Harus Kita Perjuangakan]. Nikmat mana lagi yang
kita dustakan?
IMD pun bisa dikatakan
berhasil meskipun kita tidak bisa mengukur seberapa banyak ASI yang masuk ke
mulut si kecil saat pertama kali ia menyusui. Gerakan lemahnya berusaha
menjangkau makanan pertamanya dan Alhamdulillah ia pun bisa sampai dan
mengambil haknya mengkonsumsi kolostrum. Bersyukur pula saat pihak rumah sakit
tidak memberikan susu formula kepada anak kami meskipun istri pernah menyampaikan
kalau ASI nya yang keluar masih sedikit.
Cerewet Kadang Diperlukan
Cerewet diperlukan
disaat seperti ini, cerewet meminta dan menegaskan kepada para perawat dan
bidan agar anak saya tidak diberi susu formula. Perihal itulah yang menjadi
pesan istri terhadap semua petugas kesehatan yang menanganinya. Kalau tidak
berpesan diawal, bisa-bisa anak saya nanti diberi susu formula. Karena sudah
menjadi kebiasaan beberapa petugas kesehatan yang pro sufor untuk memberikan
sufor pada bayi –bayi baru lahir. Dengan dalih bayi kelaparan, sering menangis
dan ada aja alasan lainnya yang nanti disampaikan ke orang tuanya atau
keluarga si bayi. Padahal menurut saya ketahui bahwa bayi baru lahir masih
membawa cadangan makanan dan masih bisa bertahan tanpa asupan apapun sampai dengan 3
hari.
Perjuangan Kedua Baru Dimulai
Perjuangan pertama,
berjuang melawan rasa lelah dan sakit saat mengandung dan melahirkan terbayar
sudah. Perjuangan kedua, Perjuangan ASI pun di mulai saat hari kedua di RS. Saat istri
saya mempertanyakan ASI yang tidak lancar karena si kecil selalu menangis
setiap beberapa menit, padahal ia tidak pipis ataupun BAB. Ibu yang ikut
menunggupun bilang, “Mungkin kurang kenyang itu si dedek, dari semalem nagis
terus. ASInya Icha keluar ndak?” Meskpiun hanya sebatas pertanyaan, namun hati
ibu mana yang tidak sedih mendengar ucapan demikian, ditambah sifat istri yang
perasa membuat ia merasa bersalah dan bersedih, ternyata hal itu mempengaruhi
produksi ASI. Ditambah hari ketiga harus imunisasi HB0, untuk mengurangi efek
panas setelah imunisasi maka si kecil harus banyak mengkonsumsi ASI. Karena ASI
adalah abat utama saat si kecil terkena demam.
Setelah mendapat
observasi 24 jam setalah persalinan, istri dan anak sayapun diperbolehkan
pulang. Berat memang meninggalkan Istri dan Anak saat itu, ditambah kurang
lancarnya ASI menjadi ujian tersendiri bagi Saya dan istri. Saya sendiri juga
tidak bisa terus terusan dirumah karena ada kewajiban kantor yang harus
ditunaikan. Setiap Akhir pekan, Perjalanan Semarang-Bumiayu adalah agenda rutin
saya yang baru, untuk menuntaskan rindu pada Anak dan istri, sekaligus
memberikan dukungan langsung kepada istri dalam menjalani ujian ASI.
Meski harus berpisah
sejenak, dukungan akan perjuanagn ASI harus terus diberikan. Berbekal beberapa
artikel dari internet, saya selalu mengabarkan hal-hal yang harus dilakukan
istri agar produksi ASI semakin lancar. Temuan-temuan baru terkait tips untuk
memperlancar produksi ASI saya terus laporkan kepada istri melalui komunikasi
telepon seluler. Begitu juga motivasi lain untuk menguatkan dan meyakinkan
bahwa ia bisa mengatasi ujian ini dan semuanya akan berada pada hasil akhir
yang lebih baik.
Semua informasi penting
tersebut baik dari saya ataupun ia dapat sendiri mencoba diterapkan mulai dari
sering disusukan, dipompa, makan makanan yang memperlancar ASI, minum suplemen
pelancar ASI, konsultasi ke Klinik laktasi, Pijat Oksitoksin, Kompres air
hangat, sampai dengan memperbaiki posisi menyusui sudah semua dilakukan tapi
tetap saja belum menunjukkan tanda-tanda yang lebih baik.
Ketenangan
adalah Kunci Keberhasilan
Ternyata kesimpulan
akhirnya adalah semua ikhtiar apapun jika ibu tidak dalam kondisi tenang
hasilnya tidak akan maksimal. Kenapa saya katakana demikian? Karena ketenangan
itulah yang akan menjadikan produksi ASI akan semakin lancar. Manajemen stress
inilah, yang belum bisa diterapkan oleh istri saya sehingga hasil ikhtiar
kurang maksimal.
Pijat Oksitoksi memang
membuat rileks dan terbukti saat dipijat ASI menjadi lancar, tapi setelah pijat
selesai dan tekanan lain datang kembali maka produksi ASI pun macet kembali.
Selama dirumah orang
tua, bisa dibilang setiap hari makanannya adalah makanan yang berkhasiat
melancarkan produksi ASI seperti sayur bening kelor, bayam, katuk, kacang
hijau, marning dan lainnya, tapi karena ketidaktenangan menjadikan ASI pun
keluar tidak begitu lancar. Suplemenpun untuk memperlancar ASI pun menjadi
konsumsi rutin istri dan sudah beberapa merk suplemen telah ia konsumsi.
Ibu mana yang
tidak merasa bersalah dan stres, melihat anaknya sendiri menangis kelaparan karena
terbatasnya ASI yang bisa ia berikan. Siapa yang tidak penat disaat ngantuk-ngantuknya tapi dilarang tidur karena kebiasaan setempat memaksa seorang ibu yang baru lahir dilarang tidur setelah subuh hingga dzhuhur menjelang. Sekali dilanggar, akan bikin riuh suasana. Padahal semaleman pun juga tidak bisa tidur karena si kecil sering terbangun dan menangis. Karena ASI tidak lancar, untuk menenangkannya pun harus digendong hingga ia tertidur dan pulas dan kebiasaann ini bisa berlangsung semaleman sampai subuh menjelang. Orang tua mana yang tidak sedih jika anaknya yang baru lahir terkenan penyakit kulit, hingga menimbulkan merah di kepala dan beberapa bagian tubuhnya. Orang dewasapun menagis kesakitan jika mengalaminya, begitu pula si kecil yang mungil.
Nenek dan kakek mana yang tega melihat
cucunya sedikit-sedikit selalu menangis minta mimi’ tapi si cucu tidak
mendapatkan sepenuhnya apa yang ia butuhkan. Ditambah lingkungan sekitar yang
kebanyakan pro sufor, dimana hampir semua saudara dan tetangga disana memberikan sufor sebagai susu sambung pada bayi-bayinya. Ditambah lagi tangisan sikecil karena alergi kulit yang
ia derita, membuat menangis kesakitan. Sehingga tak salah ketika keadaan sudah
semakin jenuh, dan orang tua dengan berat hati, memohon agar cucunya
diberikan susu formula saja supaya merasakan kenyang dan bisa tidur pulas. Dan
permintaan itupun kami kabulkan.
Dua kali anak saya diberikan susu formula dengan sangat terpaksa, yang pertama
diberikan tetapi sempat anak saya muntahkan kembali dan yang kedua selang
beberapa pekan saat ia menginjak usia 1 bulan. Tapi setelah istri bisa
mengendalikan ketenangan hatinya maka perlahan ASI pun keluar semakin lancar
disaat sikecil mau menginjak usia 2 bulan.
Baca Juga Tips Meningkatkan Produksi ASI agar ASI bisa lancar setiap hari. Untuk serial Persiapan melahirkan silakan mampir di koleksi saya yang lain [Baca ; Persiapan Melahirkan]
Semoga Bermanfaat.
Post a Comment for "Dibalik Keberhasilan ASi Ekslusif, Ada Ayah Asi yang Selalu Mendukung dan Menemani"
Post a Comment
PERHATIAN :
Balasan dari komentar anonim/ unknown akan dihapus setelah 24 jam.
Menyisipkan Link hidup akan langsung DIHAPUS
Terimakasih sudah berkenan untuk berkunjung.
Simak juga komentar yang ada karena bisa jadi akan lebih menjawab pertanyaan yg akan diajukan.