Ikhtiar Menjemput Buah Hati 4 : Sebuah Nasehat [Menahan Diri Untuk tidak Bertanya]
Suka sekali ngobrol sama emak-emak di tempat tukang sayur atau di tempat yang dirasa nyaman untuk ngerumpi?
kadang kita tidak sadar diri, tak sengaja menyakiti lewat obrolan.
“Gimana Pak/Bu, program hamilnya sudah sukses?”
“Jadi kamu kapan nyusul? Anakku sudah mau lima lho..”
“Kok bisa kena kanker stadium empat, dulu awalnya gimana?”
TANYA.....
Seringkali, dalam hubungan sosial kita, yang menyakitkan bukanlah
takdir yang kita terima. Melainkan pertanyaan yang diulang-ulang, dan
kita harus menyiapkan senyum secerah bidadari untuk menjawabnya.
Bagi mereka yang belum kunjung hamil, pertanyaan soal program hamil dan
ikhtiar apa saja yang sudah dilakukan, rasanya begitu membosankan.
Hingga mengantarkan pada satu titik: Malas bertemu orang, karena pertemuan
dengan orang hanya akan memancing tanya yang itu-itu saja.
Juga
soal nikah. Kapan nikah? Sudahkah ada calon? Lama-lama jadi tidak lucu
lagi jika ujungnya si penanya hanya akan mengeluarkan kalimat basa-basi
“Makanya..jangan ketinggian pasang target..”
Bah! Jangankan pasang target, untuk bisa bertemu dan berelasi dengan lawan jenis saja serba mepet.
Pertanyaan nikah memang sensitif, apalagi jika ditanyakan kepada wanita. tapi berbeda bagi lagi laki yang terkadang pertanyaan itu hanya dianggap angin lalu tapa ia benamkan dalam hati. meskipun terkadang banyak juga tipe pria yang langsung memasukkan kata-kata itu kedalam hatinya dan membuat sedikit frustasi.
Atau soal penyakit. Kenapa bisa kena penyakit ganas. Kenapa anaknya
menderita cacat bawaan. Kenapa, sejak kapan, awal ketahuan gimana,
peluang hidupnya bagaimana?
Oh kawan.. andai kita ada di posisi itu barangkali memilih untuk mengunci pintu dan mengirim para penanya itu ke planet mars.
Saya pernah berada di posisi ini. Pasca keguguran dan secara mental
belum siap dijenguk. Dengan terbuka saya menolak kunjungan kawan yang
mengabari lebih dulu jika akan datang ke rumah. Saya pun berpesan pada
suami agar tidak menerima tamu keluarga untuk sementara waktu.
Bukan saya tinggi hati. Tapi saya belum punya mental untuk mengulang
jawaban atas pertanyaan, yang akan membuka lagi nyeri hati yang belum
tuntas saya obati. Sementara pertanyaan itu, hampir tidak mungkin saya
hindari.
Atau kini, saat kandungan saya masuk enam bulan, dan pertemuan dengan orang hampir selalu membawa tanya: “Cowok apa cewek?”
Barangkali lantaran dua anak saya lelaki semua, maka kehamilan keempat
ini jadi begitu mengundang penasaran. Akankah saya beruntung (dapat anak
perempuan) atau buntung (dapat anak laki-laki lagi)
Ajaibnya, si penanya seolah sudah punya jawaban sendiri atas pertanyaan tersebut.
“Sudah kelihatan belum?”
--“Apanya ya?” (celingak celinguk cari tukang sayur)
“Itu jenis kelamin bayinya.. cowok apa cewek?” (err... ada pertanyaan lain? Hari ini saya sudah 7 kali lho bu ditanya begini)
--“Oh itu.. cowok cewek sama saja bu, yang penting bayi dan ibunya sehat..” *muka datar
“Kalau cowok lagi apa nggak pusing?” (ya engga lah bu, momong anaknya
sendiri kok pusing. Lha kalo momong anak situ, baru saya pusing)
--“Ya enggak lah.. ngapain pusing”
“Ini cowok lagi paling” *nyengir
--“Cowok lagi ya Alhamdulillah.. malah kalau lima cowok semua
kebeneran, biar bisa bikin kelompok marawis.” *lalu melenggang keluar
arena*
Percaya atau tidak, saya yang tadinya tidak ribut soal
jenis kelamin, jadi terganggu juga dengan pertanyaan itu. Seolah tanpa
punya anak yang lengkap jenis kelaminnya, hidup jadi begitu malang
merana. Apalagi jika si penanya gemes dengan jawaban saya yang tidak transparan. Akan berkomentar dengan:
“Kalo cowok lagi berarti masih ada PR” atau “kalo cowok lagi bikin terus sampai dapat cewek..”
Mueheheh... emang bisa ya bu, menentukan jenis kelamin seperti
menentukan adonan bolu. Tinggal pilih mau dikasih pasta strawberry atau
black forrest.
Kalau saya saja terganggu dengan pertanyaan semacam ini, lalu apa kabar
kawan-kawan yang jangankan memilih jenis kelamin, untuk hamil saja
begitu sulit?
Ada yang menunggu 5, 10 hingga 15 tahun bahkan ada yang lebih dari itu. Amunisi
apa yang harus mereka siapkan untuk menjawab tanya? Mereka barangkali
ikhlas, dan tetap menikmati hidup, tapi tanya-tanya itu akan tetap ada dan harus mereka jawab demi menyenangkan hati penanya dan memuaskan rasa
ingin tahu mereka. Tidak pernah enak berada di posisi itu. Harus
menjawab tanya saat tidak ingin ditanya. Atau saat tanya itu hanya akan
membuka luka lama.
Tugas kita lah untuk mengerem mulut, lalu
menahan diri untuk tidak bertanya. Apa guna? Hidup mereka bukan milik
kita. Dan siapa tahu tanya penasaran kita malah hanya menyakiti saudara
kita saja.
Memang benar, malu bertanya sesat di jalan.
Namun jika sepanjang jalan kita terus bertanya, hingga lupa tujuan, oh
lidah ini sungguh tak bertulang kawan. Mana kita tahu setelah kita puas
bertanya, dia pulang dengan tangis dan sedu sedan.
Mari, sama-sama menjaga adab dan rasa. Mari menahan diri untuk tidak bertanya.
Memang sekali lagi tergantung tipe dan bawaan orangnya.
Ada yang bertanya hanya sebatas tanya. tanpa punya empati.
Ada yang bertanya karena ingin menggali aib atau mencari celah kekurangan oranglain dan setelah itu sipenanya seakan memperoleh sebuah kepuasan tersendiri, dimana keouasan itu akan menjadi bahan mereka bergosip ria dengan temannya yang lain. bukan memberi solusi tapi menambah sakit hati.
Ada juga tipe orang yang bertanya karena benar perhatian kepada kita, ingin memberikan solusi atas permasalahan kita dengan tulus dan ikhlas.
Tentunya kita sudah tau orang macam apa yang sedang bertanya kepada kita, sehingga kitapun hendaknya menjawab sesuai versinya.
yang lebih salah kaprah, kadang orang tersebut bertanya kepada orang lain, tanpa bertanya kepada orangnya langsung. Mendapat sumber dari orang lain dan merasa sumbernya tersebut valid dan dapat dijadikan sebagai acuan pembicaraan atau bahkan keputusan. Tak menyelesaikan malah memperkeruh dan menimbulkan permasalahan baru.
Pernikahan, Kehamilan dan Pekerjaan serta kelulusan masuk perbincangan yang sensitif, kenali lawan bicaramu sebelum memulai pertanyaan terkait hal diatas. Berniat berempati tapi kadang berujung menyakiti.
Relita Quote :
"Setiap
orang punya kekurangan, punya masalah dan berpotensi untuk berbuat
salah..ya siapapun itu tanpa terkecuali. Tapi tak perlulah itu semua
dijadikan bahan hangat untuk diperbincangkan, sampai semua orang tahu
layaknya gosip selebritis. Apalagi ada tambahan-tambahan bumbu sana sini
yang kadang itu merupakan persepsi kita sendiri dan berujung kepada
fitnah. Teringat nasihat seseorang, janganlah membicarakan
orang lain kalau tidak berujung pada bantuan, do'a atau berempati
terhadapnya. Malah terkadang perbincangan itu dilakukan hanya untuk
memuaskan nafsu diri sendiri, apalagi kalau punya sejarah buruk dengan
kita. Janganlah merasa diri lebih baik dari orang lain, karena setiap
diri kita juga punya kekurangan, punya masalah, punya ujian
masing-masing. Kalau berniat baik ingin membantu, hubungi langsung
orangnya, nasihati atau bantu meringankan beban tanpa harus
membicarakannya dibelakang. Kalau tidak bisa berempati maka cukuplah
diam. Berdamailah dengan diri sendiri"
Semoga Bermanfaat.
Artikel terkait :
Ikhtiar Menyambut Buah Hati 1 -Sebuah Prolog : -Kisah Nabi Zakaria dan Nabi Ibrahim-
Ikhtiar Menyambut Buah Hati 2 : Program Kehamilan
Ikhtiar Menyambut Buah Hati 3 : Saat Buah Hati tak Kunjung Hadir
Ikhtiar Menyambut Buah Hati 4 : Sebuah Nasehat [Menahan Diri Untuk tidak Bertanya]
Ikhtiar Menyambut Buah Hati 5: Menjadi Calon Ayah Yang Siaga (Siap Antar dan Jaga)
Ikhtiar Menyambut Buah Hati 6 : Persiapan Finansial (Keuangan) Melahirkan
Ikhtiar Menyambut Buah Hati 7 : Persiapan Melahirkan Bagi Bunda (Orang tua)
Ikhtiar Menyambut Buah Hati 8 : Persiapan Kebutuhan Si Kecil (Bayi Baru Lahir)
Ikhtiar Menyambut Buah Hati 9 -Detik-Detik Persalinan
Ikhtiar Menyambut Buah Hati 10 -Sunah-Sunah Pada Bayi Baru Lahir
Ikhtiar Menyambut Buah Hati 11 -Memberi Adzan dan Iqomat Pada Bayi, Aku sih YES!!
Post a Comment for "Ikhtiar Menjemput Buah Hati 4 : Sebuah Nasehat [Menahan Diri Untuk tidak Bertanya]"
Post a Comment
PERHATIAN :
Balasan dari komentar anonim/ unknown akan dihapus setelah 24 jam.
Menyisipkan Link hidup akan langsung DIHAPUS
Terimakasih sudah berkenan untuk berkunjung.
Simak juga komentar yang ada karena bisa jadi akan lebih menjawab pertanyaan yg akan diajukan.