Menjemput Bidadari Dunia , Part 13 ~Akad ~

Sekelumit Narasi Pra Akad Nikah
Hati siapa yang tak berdebar, kala hari makin mendekat dengan sebuah perjanjian yang sakral. Kadang hati pun masih bertanya, benarkah ia adalah pasangan yang dikirim untuk menjadi pelengkap kehidupan? Disisi lain benih cintapun semakin muncul dan bertumbuh seakan meyakinkah hati, bahwa dialah calon istri yang Allah pilih. 

Kadang hati pun masih tak percaya bahwa aku akan menjadi suami seorang wanita suci yang sebelumnya tanpa interaksi (pacaran). Bagaimana menjaga hati inilah yang harus dipelajari setelah pinanganku disambut baik oleh keluarga besarnya. Landasan iman menjadi benteng dalam menjaga diri. Lengah sedikit dengan godaannya, maka bersiap dengan efek candunya. 

Apabila candu itu dirasakan oleh sepasang muda-mudi yang menjalin kasih tanpa hubungan yang dihalalkan, tak heran jika efek buruknya banyak orang yang hamil diluar nikah (perzinahan) dan aborsi kandungan. Pantaslah islam melarang kita berinteraksi berlebih dengan lawan jenis bukan mahram. 

Maka bersabarlah sebentar, segerakan pernikahan, dengan itu suasana nikmatnya pacaran akan dirasakan beberapa hari setelah akad, meskipun ada beberapa tipe orang yang masih kaku pasca akad nikah sehingga butuh penyesuaian. 

Kita bahas persiapan besok saja... AKAD.

Sekelumit Kisah Mahar
Dua belas jam sebelum akad, ternyata masih belum tuntas tentang mahar apa yang akan diberikan dan dibacakan saat ijab qabul besok. Calon mempelai wanita tidak ada permintaan khusus terkait mahar. Ia menyerahkan penuh apa yang akan diberikan sebagai mahar. 

kata kunci yang diberikan adalah semampunya, tidak memberatkan. Meskipun di awal sudah dipersiapkan satu set buku (kitab), tapi atas masukan orang yang dituakan dalam keluarga buku tersebutpun urung dipakai sebagai mahar. Mungkin karena sudah tahu kemampuan saya dalam membaca, apalagi tebalnya halaman si buku, bisa-bisa buku itu hanya menjadi hiasan semata tak pernah lagi dijelaskan kepada istri saat sedang bersama.

Masih mencari alternatif, sedangkan disana calon mertua menginginkan kabar segera sebagai bahan laporan kepada KUA. Muncul opsi lain barang yang sudah lumrah digunakan sebagai mahar yaitu seperangkat alat shalat. Itu pun diurungkan, karena memberi mahar seperangkat alat shalat identik didalamnya terdapat satu buah mushaf Al-Quran. 

Tafsirannya, harus senantiasa membimbing keluarga dengan pedoman alquran. Sanggupkah setiap waktu membimbing keluarga debga. Alquran? Padahal saya tau sendiri kemamouan saya dalam membaca alquran dan mengamalkannya.

Bermaharkan alquran, sama dengan kita memberi mahar firman Allah swt satu Al-Quran penuh (1 mushaf). Lebih baik memberi mahar satu surat dalam Al-Quran dari pada harus memberi mahar semua surat dalam Al-Quran (1 mushaf Al-Quran utuh). Tapi apa daya hafalan juga pas-pasan. Belum lagi nanti jika grogi datang menyerang, hafalan macet di tengah jalan, bikin panik dan keringat bercucuran. Gagal menuntaskan satu surat bisa-bisa tidak berlanjut kepelaminan.

Akhirnya diputuskan mahar berupa uang tunai. Mahar yang sudah lumrah dan sedikit risiko. Kita sendiri yang bisa mengukur sanggup tidaknya menerima risiko atas apa yang kita pilih. Selesai juga hal yang berkenaan dengan mahar. Sekarang Tinggal memastikan armada untuk pemberangkatan, istirahat yang cukup dan hafalan. 

Khutbah Nikah itu Sebelum Akad
Perlahan tapi pasti calon mempelai pria menuju tempat calon mempelai wanita. Setelah 6 jam perjalanan, tiba juga di tempat tujuan dan akad nikah pun tinggal hitungan waktu. Kemeja putih dibalut jas hitam pinjaman, ditambah peci hitam khas nusantara insya Allah siap bersalaman untuk menjawab ijab dari wali si dia.

Susunan acara yang lumrah dalam momen sakral ini adalah Pembukaan, Tasmi, Khutbah Pernikahan, Ijab Qabul, Doa dan Penutup.

Sunnahnya khutbah nikah dilakukan sebelum akad, karena itu merupakan nasihat bagi calon mempelai pria tentang syukur, ketaqwaan dan pernikahan, sebelum calon manten mengucapkan perjanjian sakralnya (akad). 

Sehingga baiknya khutbah nikah ini tidak telalu panjang. Apabila petuah dan nasihat tersebut dirasakan kurang, maka tidak mengapa diadakan lagi ceramah umum tentang pernikahan setelah akad nikah dilangsungkan. Namun, ini namanya bukan lagi sebagai khutbah nikah akan tetapi ceramah tentang nikah biasa. Karena, sekali lagi, khutbah nikah dilaksanakan sebelum dilangsungkannya akad nikah (untuk lebih jelasnya lihat dalam Fiqhus Sunnah karya Sayyid Sabiq, II/487-488).

Khutbah nikah bukan perkara wajib dalam pernikahan sehingga boleh dilaksanakan dan boleh tidak. 

Suami tidak menanggung Dosa Istri
Setelah pernyataan Ijab Qabul di sambut kata-kata "sah sah sah sah" dari para saksi, maka berlimpahlah kewenangan dan tanggung jawab orang tua mempelai wanita terkait putri kesayangannya kepada mempelai pria atas apa yang diperbuat anak perempuannya. tapi BUKAN PELIMPAHAN DOSA, hanya pelimpahan tanggung jawab. Karena sejatinya suami adalah pemimpin dari keluarga yang akan dimintai tanggung jawab atas apa yang dipimpinnya.

Allah swt. berfirman dalam QS. Al An'am 164 :

"... tidaklah seorang membuat dosa melainkan kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. kemudian kepada Rabb kalianlah kalian kembali, dan akan diberitakan oleh-Nya kepada kalian apa yang kalian perselisihkan."

Rasulullah bersabda :

"Kalian semua adalah pemimpin, dan kalian akan ditanya tentang kepemimpinan kalian. Pemimpin di antara manusia dia akan ditanya tentang kepemimpinannya. Laki-laki adalah pemimpin bagi keluarganya dan dia akan ditanya tentang kepemimpinannya. Istri adalah pemimpin dalam rumah tangga serta anak-anak suaminya dan dia akan ditanya tentang mereka. Budak adalah pemimpin bagi harta tuannya dan dia akan ditanya tentangnya. Ketahuilah bahwa kalian adalah pemimpin dan kalian akan ditanya tentang tentang kepemimpinannya" (HR Bukhari no.2554 dan Muslim no.1829 dan yang lainnya).

Cerita berikutnya kita sambung dengan cerita shalat ba'da akad, riasan pengantin dan walimah.

bersambung.... 

Semoga bermanfaat. Allahu a’lam bishawab.

Bacaan Terkait :

Post a Comment for "Menjemput Bidadari Dunia , Part 13 ~Akad ~"