Kala Tarbiyah Menjadi Topeng Dakwah
Tarbiyah mendewasakan kita. Tak hanya materi pengembangan pribadi
menuju 10 karakter menjadi rahib di malam hari dan penunggang kuda di
siang hari.
Tilawah kita dirunut, hafalan kita di urut, hati-hati kita diminta terpaut, aktivitas kita dimutabaahi hingga larut dan tak ada yang tak katut (tidak ada yang tertinggal).
Kita bercita-cita memperbaiki diri menuju bagian dari proses pembangunan peradaban Islam ala minhaj nubuwah, di mana Islam menjadi soko guru peradaban.
Tarbiyah kita menerapkan qiyadah wal jundiyah. Menganggap bahwa kita berada dalam golongan atau organisasi militer. Ada jundi (prajurit) dan ada komandan peperangan. Sehingga segala sesuatunya banyak keluar dari penunjukkan (top down).
Bak di zaman rasul yang menunjuk setiap orang yang akan diminta memimpin peperangan (sami’na wa atha’na). Tak ada yang menolak semua dilaksanakan dengan penuh tanggungjawab.
Kesuksesan nabi membentuk generasi penerus tersebut ditunjang oleh sistem kaderisasi yang dikenal dengan sistem tajnid (pembentukan prajurit), di mana anak buah/ anggota (prajurit) bisa menjadi pendamping setia (pengikut dan pembela), pelaksana taujih (arahan) dan penyebar taujih kepada orang lain dan siap menerima perintah apa yang pemimpin minta (tugaskan).
Tapi perjalanan tak semulus perkiraan, ada tabiat jalan dakwah yang menjadi tantangan, yang suatu saat bisa membuat kita menepi di saat membutuhkan “kesegaran” hingga kadang melenakan dan lupa tujuan, lupa kembali ke barisan. Sehingga yang terjadi malah berkebalikan.
Tarbiyah menjadi tak berdampak, kala amanah menindih pundak seperti tak ada waktu untuk memprioritaskan dan selalu saja amanah yang kita kambing hitamkan.
Tarbiyah yang katanya mendewasakan kita, malah kita yang mengerdilkan tarbiyah. Datang pun mencari-cari waktu luang selepas menunaikan yang katanya “amanah dakwah” dengan menghadirkan tenaga sisa.
Tilawah menjadi tak runut, hafalanpun tak urut, hati-hati kami tak terpaut, aktivitas kami menjadi kalang kabut. Kita semakin sibuk yang katanya mengurus umat sampai tak telaten mengurus diri sendiri, bagai lilin yang menerangi sekitar tapi kita hancur perlahan. Kita malah hanya memperlambat tegaknya peradaban Islam yang kita cita-citakan.
Tarbiyah yang katanya membentuk jundi yang siap taat terhadap pemimpinnya kecuali pada maksiat, sekarang yang ada tawar menawar amanah, yang kadang tak yakin dengan kemampuan personal dan sokongan jamaah. Tapi kebanyakan hanya mencari alasan.
Kita ditarbiyah sehingga kita berdakwah. Tapi sekarang berkebalikan lebih memilih yang katanya amanah umat (dakwah) seperti rapat, syura dan sejenisnya dari pada menghadiri majelis tarbawiyah.
Dakwah adalah buah dari tarbiyah. Kalau tarbiyah kita putus bagaimana bisa buah itu masak dan manis rasanya serta manfaatnya dirasa oleh para penikmat. Tapi yang ada hanya orientasi duniawi dan hanya mengejar penambahan daftar pengalaman di CV semata.
Perjuangan kita menjadi tanpa ruh sulit untuk mendapat simpati dari penduduk langit apalagi pemilik langit. Sehingga tarbiyah kini hanya menjadi topeng semata. Menjadi topeng agar bisa mendapat predikat aktivis dakwah.
Ini bisa terjadi padaku, padamu dan pada mereka. Anggap saja kisah ini kisahku, bukan kisah dia atau mereka. Kita tinggal memilih untuk menepi (futur) atau membersamai, meskipun kadang ada rencana langit di sana yang bisa menghentikan hidayah saat ini pada kita ataukah terus melanjutkannya, atau hanya sedikit mengurangi hidayahnya atau pula menambahkannya.
Besok beriman lusa atau sore bisa fasik atau kafir. Begitu pula terkait dengan Ngaji (tarbiyah). Minggu ini ikut halaqah, minggu depan ngaji tidak ya?
Semoga Allah menjauhkan kita dari sikap yang demikian,
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Bersegeralah beramal sebelum datangnya rangkaian fitnah seperti sepenggalan malam yang gelap gulita, seorang laki-laki di waktu pagi mukmin dan di waktu sore telah kafir, dan di waktu sore beriman dan pagi menjadi kafir, ia menjual agamanya dengan kesenangan dunia.” (HR. Ahmad No. 8493)
Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkan hati kami di atas agama Mu, dakwah Mu serta teguhkanlah hati-hati kami di atas ketaatan kepada Mu. Ya Allah yang mengarahkan hati, arahkanlah hati-hati kami untuk taat kepadamu
Ya Allah, Engkau mengetahui bahwa hati-hati ini telah berhimpun dalam cinta pada Mu, telah berjumpa dalam taat pada Mu, telah bersatu dalam dakwah pada Mu, telah berpadu dalam membela syariat Mu.
Ya Allah, Kukuhkanlah ikatan kami, Kekalkanlah cinta kami, Tunjukilah jalan-jalan kami, Penuhilah hati-hati ini dengan nur cahaya Mu yang tiada pernah pudar, Lapangkanlah dada kami dengan limpahan keimanan kepada Mu dan keindahan bertawakal kepada-Mu. Nyalakanlah hati kami dengan berma’rifat pada-Mu. Matikanlah kami dalam syahid di jalan-Mu. Sesungguhnya Engkaulah sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong.
Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia).” (Ali Imran: 7)
Mari luruskan niat, mencoba semangat dalam saling menghidupkan suasana lingkaran ini.
Allahu A'lam Bisshowah
Sumber : http://t.co/HFeLSADzVp
Tilawah kita dirunut, hafalan kita di urut, hati-hati kita diminta terpaut, aktivitas kita dimutabaahi hingga larut dan tak ada yang tak katut (tidak ada yang tertinggal).
Kita bercita-cita memperbaiki diri menuju bagian dari proses pembangunan peradaban Islam ala minhaj nubuwah, di mana Islam menjadi soko guru peradaban.
Tarbiyah kita menerapkan qiyadah wal jundiyah. Menganggap bahwa kita berada dalam golongan atau organisasi militer. Ada jundi (prajurit) dan ada komandan peperangan. Sehingga segala sesuatunya banyak keluar dari penunjukkan (top down).
Bak di zaman rasul yang menunjuk setiap orang yang akan diminta memimpin peperangan (sami’na wa atha’na). Tak ada yang menolak semua dilaksanakan dengan penuh tanggungjawab.
Kesuksesan nabi membentuk generasi penerus tersebut ditunjang oleh sistem kaderisasi yang dikenal dengan sistem tajnid (pembentukan prajurit), di mana anak buah/ anggota (prajurit) bisa menjadi pendamping setia (pengikut dan pembela), pelaksana taujih (arahan) dan penyebar taujih kepada orang lain dan siap menerima perintah apa yang pemimpin minta (tugaskan).
Tapi perjalanan tak semulus perkiraan, ada tabiat jalan dakwah yang menjadi tantangan, yang suatu saat bisa membuat kita menepi di saat membutuhkan “kesegaran” hingga kadang melenakan dan lupa tujuan, lupa kembali ke barisan. Sehingga yang terjadi malah berkebalikan.
Tarbiyah menjadi tak berdampak, kala amanah menindih pundak seperti tak ada waktu untuk memprioritaskan dan selalu saja amanah yang kita kambing hitamkan.
Tarbiyah yang katanya mendewasakan kita, malah kita yang mengerdilkan tarbiyah. Datang pun mencari-cari waktu luang selepas menunaikan yang katanya “amanah dakwah” dengan menghadirkan tenaga sisa.
Tilawah menjadi tak runut, hafalanpun tak urut, hati-hati kami tak terpaut, aktivitas kami menjadi kalang kabut. Kita semakin sibuk yang katanya mengurus umat sampai tak telaten mengurus diri sendiri, bagai lilin yang menerangi sekitar tapi kita hancur perlahan. Kita malah hanya memperlambat tegaknya peradaban Islam yang kita cita-citakan.
Tarbiyah yang katanya membentuk jundi yang siap taat terhadap pemimpinnya kecuali pada maksiat, sekarang yang ada tawar menawar amanah, yang kadang tak yakin dengan kemampuan personal dan sokongan jamaah. Tapi kebanyakan hanya mencari alasan.
Kita ditarbiyah sehingga kita berdakwah. Tapi sekarang berkebalikan lebih memilih yang katanya amanah umat (dakwah) seperti rapat, syura dan sejenisnya dari pada menghadiri majelis tarbawiyah.
Dakwah adalah buah dari tarbiyah. Kalau tarbiyah kita putus bagaimana bisa buah itu masak dan manis rasanya serta manfaatnya dirasa oleh para penikmat. Tapi yang ada hanya orientasi duniawi dan hanya mengejar penambahan daftar pengalaman di CV semata.
Perjuangan kita menjadi tanpa ruh sulit untuk mendapat simpati dari penduduk langit apalagi pemilik langit. Sehingga tarbiyah kini hanya menjadi topeng semata. Menjadi topeng agar bisa mendapat predikat aktivis dakwah.
Ini bisa terjadi padaku, padamu dan pada mereka. Anggap saja kisah ini kisahku, bukan kisah dia atau mereka. Kita tinggal memilih untuk menepi (futur) atau membersamai, meskipun kadang ada rencana langit di sana yang bisa menghentikan hidayah saat ini pada kita ataukah terus melanjutkannya, atau hanya sedikit mengurangi hidayahnya atau pula menambahkannya.
Besok beriman lusa atau sore bisa fasik atau kafir. Begitu pula terkait dengan Ngaji (tarbiyah). Minggu ini ikut halaqah, minggu depan ngaji tidak ya?
Semoga Allah menjauhkan kita dari sikap yang demikian,
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Bersegeralah beramal sebelum datangnya rangkaian fitnah seperti sepenggalan malam yang gelap gulita, seorang laki-laki di waktu pagi mukmin dan di waktu sore telah kafir, dan di waktu sore beriman dan pagi menjadi kafir, ia menjual agamanya dengan kesenangan dunia.” (HR. Ahmad No. 8493)
Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkan hati kami di atas agama Mu, dakwah Mu serta teguhkanlah hati-hati kami di atas ketaatan kepada Mu. Ya Allah yang mengarahkan hati, arahkanlah hati-hati kami untuk taat kepadamu
Ya Allah, Engkau mengetahui bahwa hati-hati ini telah berhimpun dalam cinta pada Mu, telah berjumpa dalam taat pada Mu, telah bersatu dalam dakwah pada Mu, telah berpadu dalam membela syariat Mu.
Ya Allah, Kukuhkanlah ikatan kami, Kekalkanlah cinta kami, Tunjukilah jalan-jalan kami, Penuhilah hati-hati ini dengan nur cahaya Mu yang tiada pernah pudar, Lapangkanlah dada kami dengan limpahan keimanan kepada Mu dan keindahan bertawakal kepada-Mu. Nyalakanlah hati kami dengan berma’rifat pada-Mu. Matikanlah kami dalam syahid di jalan-Mu. Sesungguhnya Engkaulah sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong.
Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia).” (Ali Imran: 7)
Mari luruskan niat, mencoba semangat dalam saling menghidupkan suasana lingkaran ini.
Allahu A'lam Bisshowah
Sumber : http://t.co/HFeLSADzVp
Post a Comment for "Kala Tarbiyah Menjadi Topeng Dakwah"
Post a Comment
PERHATIAN :
Balasan dari komentar anonim/ unknown akan dihapus setelah 24 jam.
Menyisipkan Link hidup akan langsung DIHAPUS
Terimakasih sudah berkenan untuk berkunjung.
Simak juga komentar yang ada karena bisa jadi akan lebih menjawab pertanyaan yg akan diajukan.