Dalam Dakwah Semua Harus Bersiap



"Dalam Dakwah Semua Harus Bersiap", kata mutiara yang secara tidak langsung memposisikan seseorang menjadi jundi atau tentara dalam dakwah. Dan biasanya mereka menyebut itu dengan istilah tentara Allah, karena semua aktifitas yang dilakukanya bersandar pada ridho Allah dan mengandung misi yang Allah perintahkan (misi dakwah/ misi perubahan).

Namun kadang kata tersebut sering disalahartikan dalam mengambil keputusan. Dengan dalih ini para 'think thank' lebih mantap untuk meng-goal-kan suatu keputusan (terutama terkait amanah seseorang) tanpa komunikasi dengan pihak terkait. Mereka berfikir pada hakikatnya semua harus bersiap dalam dakwah. Mereka cukup menguatkan dengan analisa yang ia sampaikan pada forum baik sebab interaksi langsung atau tidak langsung dari kacamata tim formatur.

Tapi ingat, meski sudah ada pelatihan nilai dasar yang meminta kita "lebih luwes" dengan kondisi kekinian. Manhaj yang ada masih dominan 'mengatur' tentang proses tarbiyah yang dilakukan jamaah, bukan tarbiyah atau kaderisasi yang dibangun oleh partai. Semua peserta tarbiyah wajib dikenalkan dengan manhaj tarbiyah, tapi semua peserta tidak wajib dikenalkan dengan AD ART partai. Dan ini juga yang membuat banyak orang labih nyaman dengan tarbiyahnya dari pada partainya.

Di sisi lain, jargon yang disematkan  dan masih berlaku adalah al-hizb huwal jama'ah, al-jama'ah hiyal hizb (partai adalah jamah dan jamaah adalah partai). Sehingga peserta yang 'tidak ada halangan' diminta tampil dan membantu kerja-kerja partai (struktur). Jika tidak bisa tampil publik, setidaknya bisa berkontribusi dibalik layar sesuai kemampuannya.

Disini, aktifitas tarbawi masih menjadi yang dominan dalam segala kuputusan yang menyangkut keberlangsungan partai. Karena itu ada istilh hadonah atau istilah usroh khusus yang membackup struktur hampir disemua daerah.

Di tarbiyah yang saya ikuti baru seumur jagung ini, yang saya tahu semua kendali perihal kader khususnya amanah baru itu ada pada pelaksana tarbiyah, bukan pada kelengkapan atau pelaksana partai.

Di tarbiyah  yang saya ikuti, dari doktrin para 'pendahulu' yang konsen dengan kaderisasi selalu berpesan  "Haloqoh/ kelompok pengajian dibawah kita atau masih satu jalur dengan kita adalah milik usroh bukan punya murabbi, apalagi milik struktur partai. Sehingga segala hal yang berkaitan dengan personal atau SDM yang ada di jamaah ini sudah menjadi keharusan dan kewajiban untuk dikomunikasikan terlebih dahulu dengan usroh terkait, karena tadi, kader itu kepemilikan khususnya adalah milik naqib atau usroh bukan milik tim formatur atau think thank lainnya.

Keputusan atau amanah yang menyangkut orang atau personal dalam jamaah ini wajib dikonsultasikan kepada usroh terkait, meskipun hanya basa-basi wabil khusus Naqib/ Naqibah yang membawahi personal tersebut. Dan hal ini masuk dalam perkara ADAB menurut saya. Ketika dalm mmutuskan amanah seseorang tidak melalui adab yang baik, maka bisa jadi akan menghilangkan keberkahan dari hasil apat itu sendiri yang bedampak pada struktur kepengurusan kedepannya.

Kalau kata orang jawacharus ada kulo nuwun, harus menyampaikan keinginannya pada orang atau sesepuh terkait. Setelah iu baru tim formatur mmutuskan hasil rapat dari masukan-masukan yang sudah dikomunikasikan. Yang bisa jadi bersebrangan dengan pendapa yang naqib/naqibah sampaikan. Karena hasil diskusi dengan naqib/ naqibah itu adalah bahan masukan, bisa diterima dan bisa ditolak. Yang mana keputusan akhir ada di tim formatur meskipun berbeda dengan arahan oarng terkait. yan penting sudah ada tembusan atau komiunikasi diawal. Bukan komunikasinya say sudah ada keputusan final.

Jadi kata mutiara "Dalam Dakwah Semua Harus Bersiap" punya alasan yang kuat karena sudah sesuai dengan mekanismenya, bukan doktrin semata

Allahu'alam : Tulisan seorang awam yang masih banyak diluruskan..

Post a Comment for "Dalam Dakwah Semua Harus Bersiap"