Memilih Lingkungan (tempat tinggal) dan Teman yang Baik Sebagai Dasar Pembentukan Kepribadian
Manusia adalah makhluk sosial,
sehingga manusia selalu membutuhkan manusia lain dalam melakukan aktifitasnya. Dalam
pembentukan karakter diri seseorang juga sangat erat hubungannya dengan orang
lain yang ada di sekitarnya. Sehingga menjadi kebutuhan yang dasar bahwa kita
memilih lingkungan/ masyarakat yang baik disekitar kita sebagai bentuk
perbaikan diri kita. Selektif dalam memilih lingkungan atau teman merupakan
prinsip utama dalam Islam. Sejarah pun menunjukkan bahwa para ulama terdahulu benar-benar
memerhatikan prinsip ini
“Seseorang tergantung agama teman akrabnya.
Maka hendaknya salah seorang dari kalian memerhatikan siapa yang dijadikan
sebagai teman akrab.” (HR. Abu Dawud dalam As-Sunan 2/293,
At-Tirmidzi As-Sunan 2/278, Al-Hakim dalam Al-Mustadrak 4/171 dan Ahmad dalam
Al-Musnad 2/303 dan 334 dari sahabat Abu Hurairah. Lihat Silsilah Al-Ahadits
As-Shahihah no. 927)
Memilih lingkungan teman
yang baik akan memudhkan kita (memotivasi) kita dalam melakukan kebaikan,
begitu juga dengan emilih teman yang buruk akan bisa menyeret kita mengikuti
aktifitas keburukan mereka dilingkungan tersebut. Apalagi didasari rasa iseng,
coba coba atau tidak sungkan hati yang dengan mudah kita mengikuti apa yang ia
lakukan.
Begitu juga dengan
tempat tinggal, kondisi disekitar akan sangat mempengaruhi semangat kita dalam
beraktifitas (berorganisasi, belajar, bersosialisasi) serta semangat dalam
beribadah jika tinggal dalam lingkungan yang kondusif (islami).
Ketika bulan
ramadhanpun aka nada perubahan aktifitas masyarakat yang berubah, dari tidak
pernah puasa menjadi berpuasa meskipun karena tuntutan atau kewajiban sebagai
orang beriman. Tapi ada juga aktifitas yangberubah, masjid menjadi ramai, kota
amal masjid setiap harinya terisi lebih banyak disbanding yang lainnya, lebih menjaga
sikap/ tingkah/ perbuatan begitujuga lisan., kajian keislaman menjadi ramai,
dan lain sebagainya. Semua banyak berubah menjadi yang lebih positif, itu
karena masyarakat tersibgoh dengan kehadiran mulan ramadhan yang mulia, yang
semua pahala dilipat gandakan dan selalu bersemangat berlomba-lomba dalam kebaikan.
Suasana ramdhan merupakan suasana yang sangat mendukung setiap orang untuk
meningkatkan amal ibadahnya.
Begitu juga dengan
kondisi lingkungan sekitar. Kondisi lingkungan sekitar akan mendukung kualitas
hidup atau kualitas ibadah kita sehingga lingkungan baik akan selalu memotivasi
kita berbuat baik, atau minimal kita merasa rikuh, yang lain berbuat baik kita
diam saja. Awalnya mungkin terpaksa atau hanya ikut-ikutan, tapi setelahnya
kita terbiasa dan memperbaharui niat agar aktifitas yang kita lakukan bukan
hanya ikut ikutan tapi juga bermanfaat untuk kita (berpahala) dan diridhoi
Allah.
Mari kita simak landasan
dan pendapat yang menganjurkan kita memilih lingkungan atau teman yang baik.
1.
“Dan bersabarlah kamu bersama dengan
orang-orang yang menyeru Rabbnya dipagi dan disenja hari dengan mengharap
keridhoan-Nya. Dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka karena
mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini. Dan janganlah kamu mengikuti orang
yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa
nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas” (Al-Kahfi:28)
2.
“Sesungguhnya perumpamaan teman yang
baik (shalihah) dan teman yang jahat adalah seperti pembawa minyak wangi dan
peniup api pandai besi. Pembawa minyak wangi mungkin akan mencipratkan minyak
wanginya itu atau engkau menibeli darinya atau engkau hanya akan mencium aroma
harmznya itu. Sedangkan peniup api tukang besi mungkin akan membakar bajumu
atau engkau akan mencium darinya bau yang tidak sedap“. (Riwayat Bukhari,
kitab Buyuu’, Fathul Bari 4/323 dan Muslim kitab Albir 4/2026)
3.
Sosok teman sangat berpengaruh bagi
kehidupan seseorang baik di dunia maupun di akhirat.
Di dalam Shahih Al-Bukhari no. 3742 disebutkan bahwa Alqamah seorang tabi’in yang mulia berkisah:
Di dalam Shahih Al-Bukhari no. 3742 disebutkan bahwa Alqamah seorang tabi’in yang mulia berkisah:
“Ketika aku masuk ke Negeri Syam,
maka aku (langsung menuju masjid dan) shalat dua raka’at. Kemudian kupanjatkan
sebuah do’a: ‘Ya Allah, berilah aku kemudahan untuk mendapatkan teman yang baik
(di negeri ini)’. Usai berdo’a kudatangi sekelompok orang yang sedang
duduk-duduk dan turut bergabung bersama mereka. Lalu datanglah seorang syaikh
dan duduk disebelahku. Aku bertanya kepada mereka, ‘Siapakah orang ini?’ Mereka
menjawab: ‘Beliau adalah sahabat Abu Darda’.’ Maka aku katakan kepada beliau,
‘Aku telah berdo’a kepada Allah agar diberi kemudahan untuk mendapatkan teman
yang baik (di negeri ini). Sungguh Allah telah memudahkanku untuk bertemu denganmu.’
Sahabat Abu Darda’ berkata: ‘Dari manakah engkau’. Maka kukatakan: ‘Aku dari
Negeri Kufah’.”
4.
Selektif dalam memilih teman merupakan
kewajiban setiap insan muslim. Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin
berkata: “Memerhatikan teman merupakan
kewajiban setiap insan muslim. Jika mereka itu orang-orang yang buruk, maka
hendaknya dijauhi, karena (penyakit) mereka itu lebih kuat penularannya
daripada kusta. Atau jika mereka itu teman-teman yang baik, yang senantiasa
memerintahkan kepada kebaikan, mencegah dari kemungkaran dan membimbing kepada
pintu-pintu kebaikan, maka hendaknya bergaullah dengan mereka.” (Al-Qaulul
Mufid Syarh Kitabit Tauhid 1/224)
5.
Al-Imam Badruddin Ibnu Jama’ah Al-Kinani
berkata: “Bila dia (seorang penuntut
ilmu) membutuhkan teman, hendaknya memilih orang yang shalih, beragama,
bertakwa, wara’, cerdas, banyak kebaikannya lagi sedikit keburukannya, santun
dalam bergaul, dan tak suka berdebat. Bila dia lupa, teman tersebut bisa
mengingatkannya. Bila dalam keadaan ingat (kebaikan), teman tersebut
mendukungnya. Bila dia butuh bantuan, teman tersebut siap membantunya. Dan bila
dia sedang marah, maka teman tersebut pun menyabarkannya.” (Tadzkiratus
Sami’ wal Mutakallim, hlm. 83-84)
6. Bakr bin Abdullah Abu Zaid, ketika
baliau berkata,” Hati-hatilah dari teman yang jelek …!, karena
sesungguhnya tabiat itu suka meniru, dan manusia seperti serombongan burung
yang mereka diberi naluri untuk meniru dengan yang lainnya. Maka
hati-hatilah bergaul dengan orang yang seperti itu, karena dia akan celaka,
hati- hatilah karena usaha preventif lebih mudah dari pada mengobati
“.
7.
Nasehat Ibnu Qudamah
“ketahuilah, bahwasannya tidak
dibenarkan seseorang mengambil setiap orang jadi sahabatnya, tetapi dia harus
mampu memilih kriteria-kriteria orang yang dijadikannya teman, baik dari segi
sifat-sifatnya, perangai-perangainya atau lainnya yang bisa menimbulkan gairah
berteman sesuai pula dengan manfaat yang bisa diperoleh dari persahabatan
tersebut itu.
Post a Comment for "Memilih Lingkungan (tempat tinggal) dan Teman yang Baik Sebagai Dasar Pembentukan Kepribadian"
Post a Comment
PERHATIAN :
Balasan dari komentar anonim/ unknown akan dihapus setelah 24 jam.
Menyisipkan Link hidup akan langsung DIHAPUS
Terimakasih sudah berkenan untuk berkunjung.
Simak juga komentar yang ada karena bisa jadi akan lebih menjawab pertanyaan yg akan diajukan.