Bersegera dalam Seruan (Ruhul Istijabab/ Sur’atul Istijabah)
“Hai
orang—orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan Rasul apabila Rasul
menyerumu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, ketahuilah
sesungguhnya Allah membatasi hati antara manusia dengan ahtinya dan
sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan.”
((al-Anfal-24)
Dari
Abu Hurairah ra bahwa nabi bersabda “Bersegeralah kalian melakukan amal shalih
karena adanya fitnah sebagaimana malam yang gelap. Seseorang menjadi mukmin dipagi
hari dan sore hari menjadi kafir,. Di sore hari mukmin lalu pagi hari menjadi
kafir. Dia menjual agamanya dengan kesenangan dunia.” (HR. Muslim)
“Segeralah
kalian melakukan amal shalih kerena tujuh hal. Apakah kalian menunggu hingga
mengalami kefakiran yang dilupakan, kekayaan yang melampaui batas, penyaikit
yang membinasakan atau masa tua yang membuatnya menyeracah, atau kematian yang
mengagetkan, atau (kemunculan) dajjal, , seburuk buruk yang tidak hadir yang
ditunggu, atau hari kiamat, sebab hari kiamat itu menyulitkan dan sangat pahit” (HT. Tirmidzi)
Dalam
segala aktifitas yang berhubungan dengan orang lain maka kita dituntut untuk
memilih pemimpin meskipun hanya ada 3 orang dalam aktifitas tersebut, meskipun
hadist tersebut biasa dipakai juga kita akan melakukan perjalanan tapi tak
salah juga jika hasist ini diterapkan dalam aktifitas lainnya.
Abdullah Bin Amr RA,
mengabarkan, Muhammmad Rasulullah SAW bersabda “tidak hahal bagi tiga orang yang berada dalam suatu perjalanan di bumi
ini, melainkan mereka harus mengangkat seseorang diantara mereka itu sebagai
kepala atau pemimpin” (HR. Achmad).
Dalam konteks qiyadah wal jundiyah
(antara pemimpim dan anggotanya) maka maka kita diminta untuk menuruti apa yang
pemimpin tugaskan pada kita baik dalam keadaan lapang maupun sempit selama
dalam koridor syar’i.
Meente harus patuh pada
pementornya, mutarobbi (binaan) harus patuh pada murabbinya, staff haru patuh
pada ketuanya. Apalagi yang menyeru adalah Allah swt yang memberi hidup. Tanpa
tawar dan fikir kita wajib melaksanakannya.
“Hai orang-orang yang
beriman, taatilah Allah dan Taatilah rasul (Nya) serta ulil amri diantara kamu”
(An-Nisa
: 59)
”Dengarkanlah dan
taatilah (para pemimpinmu) meski engkau dalam keadaan sulit, mudah, semangat,
terpaksa dan membuatmu banyak melakukan pengorbanan.” (HR Muslim).
Terkadang ada beberapa orang yang tidak
mengindahkan perintah pemimpinnya dengan mengajukan beberapa pembelaan yang notabene bisa diatasi dengan mudah dan
bukan menjadi persoalan yang mengganjal seruan qiyadah.
Tidak bersegera dalam melaksanakan disebabkan
adanya missing link, atau tidak
adanya konektifitas hati dengan agenda/ intruksi yang akan dikerjakan. Meskipun
alasan tersebut jelas jelas tertolak oleh hadist “Adalah wajib bagi seorang muslim untuk
mendengarkan dan taat terhadap perintah (pemimpin) yang disukainya ataupun yang
dibencinya selamanya dia tidak diperintahkan melakukan hal tersebut (maksiat)
maka dia tdak wajib mendengarkan atau mentaatinya”. (HR Bukhari dan Muslim).
Balasan Seruan
Dalam kaidah usul bahwa
perintah adalah sesuatu hal yang menuntut kita untuk dikerjakan kecuali jika
ada dalil yang membolehkan penundaan atau penolakan. Karana hakikatnya sebaik
baik ibadah dalah manakala dilakukan diawal waktunya.
Ketika dengan ikhlas
kita melakukan seruannya maka yakinlah kita mendapatkan balsan yang lebih bai
dari pekerjaan atau seruan tersebut “Barang
siapa beraman salih baik laki laki mauun perempuan sedangkan ia beriman maka
Kami pasti akan beri kehidupan yang baik dan Kami balas dengan balasan yang
lebih baik dari apa yang ia kerjakan.” (Al-An’am : 97) “sedangkkan yang mati hatinya akan dibangkitkan Allah, kemudian kepada-Nya
mereka dikembalikan”. (Al-An’am : 36)
Ketika seruan yang
ditujukan kepada kita adalah seruan dakwah entah itu dakwah secara eksplisit
(menyeru langsung) ataupun implisit (dauroh atau pelatihan tentang dakwah) maka
seruan ini bukan lagi seruannya murabbi kita, atau seruan ketua atau seruan
pemimpin kita tapi ini adalah seruan Allah dan wajib kita melaksanakannya jika
tidak ingin menerima balasan yang buruk.
“Bagi orang-orang yang memenuhi seruan Tuhannya,
(disediakan) pembalasan yang baik. Dan orang-orang yang tidak memenuhi seruan
Tuhan, sekiranya mereka mempunyai semua (kekayaan) yang ada di bumi dan
(ditambah) sebanyak isi bumi itu lagi besertanya, niscaya mereka akan menebus
dirinya dengan kekayaan itu. Orang-orang itu disediakan baginya hisab yang
buruk dan tempat kediaman mereka ialah Jahanam dan itulah seburuk-buruk tempat
kediaman. “ (QS. Ar-Ra’du : 18).
Ikhwah, waktu terus
berputar, sebagai seorang da’i Imam Hasan Al-Banna mengatakan bahwa waktu yang
kita miliki lebih banyak dari kewajiban yang ada. Jika kita tidak melakukan
kewajiban saat ini maka kemungkinan akan tergilas oleh aktifitas (kewajiban)
lain pada waktu selanjutnya.
Ingatkan engkau ketika
para sahabat dilarang meminum khamar?.
:"Hai orang-orang yang beriman,
sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi
nasib dengan panah[434], adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah
perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya syaitan
itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu
lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat
Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan
itu)." (Q.S. al Maidah : 90-91 )
Mendengar firman suci tersebut, tanpa berpikir
panjang mereka segera menumpahkan drum-drum penyimpanan khamr. Botol-botol yang
menjadi wadah khamr pun segera dipecahkan. Mereka menjawab seruan larangan
khamr tersebut dengan teriakan yang kompak,
"إنتهينا يا
رب", kami benar-benar berhenti dan tidak akan melakukannya lagi Ya
Tuhan."
Dari
Annas bin Malik “Aku sedang memberi minum
para tamu di rumah Abu Thalhah, pada hari khamar diharamkan. Minuman mereka
hanyalah arak yang terbuat dari buah kurma. Tiba-tiba terdengar seorang penyeru
menyerukan sesuatu. Abu Thalhah berkata: Keluar dan lihatlah! Aku pun keluar.
Ternyata seorang penyeru sedang mengumumkan: Ketahuilah bahwa khamar telah
diharamkan. Arak mengalir di jalan-jalan Madinah. Abu Thalhah berkata kepadaku:
Keluarlah dan tumpahkan arak itu! Lalu aku menumpahkannya (membuangnya).
Orang-orang berkata: Si polan terbunuh. Si polan terbunuh. Padahal arak ada
dalam perutnya. (Perawi hadis berkata: Aku tidak tahu apakah itu juga termasuk
hadis Anas). Lalu Allah Azza wa Jalla menurunkan ayat: Tidak ada dosa bagi
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh karena makanan yang telah
mereka makan dahulu, asal mereka bertakwa serta beriman dan mengerjakan
amal-amal saleh.” (Shahih Muslim No.3662)
Ingatkah
kita tentang peristiwa berhijab?
Dari Aisyah ra, ia berkata "Semoga
Allah merahmati wanita-wanita yg pertama berhijrah, dimana ketika Allah
menurunkan firmanNya "... Hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke
dada mereka (An-Nur 31) mereka langsung merobek kain hordeng mereka untuk
dijadikan hijab." (HR. Bukhori)
Allahu ‘alam
bishowab
Post a Comment for "Bersegera dalam Seruan (Ruhul Istijabab/ Sur’atul Istijabah)"
Post a Comment
PERHATIAN :
Balasan dari komentar anonim/ unknown akan dihapus setelah 24 jam.
Menyisipkan Link hidup akan langsung DIHAPUS
Terimakasih sudah berkenan untuk berkunjung.
Simak juga komentar yang ada karena bisa jadi akan lebih menjawab pertanyaan yg akan diajukan.