Benarkah Kita Kader Rohis atau Kader Sospol?
Dakwah merupakan suatu
keniscayaan. Gerbong kereta dakwah yang berhenti dari stasiun satu ke stasiun
lain ketika menaikan penumpang atau menurunkan penumpang akan bergerak kembali menuju tujuan akhirnya. Begitu
juga dengan dakwah kampus, semuanya akan terus berjalan meskipun ada atau tidak
ada qita disana. Tapi yakinlah bahwa orang-orang yang menolong agama Allah
adalah orang-orang yang terbaik yang merupakan pilihan Allah langsung. Sehingga
pilihannya adalah terhormat atau terhina dihadapan Allah.
“Dan
jika kalian berpaling, niscaya Dia akan mengganti (kalian) dengan kaum yang
lain, dan mereka tidak akan seperti kalian (ini).”
[ QS. Muhammad : 38 ].
Tapi terkadang kita
sendiri tidak sadar akan hal itu (kemampuan kita). Kita masih fokus pada
kelemahan dan ketidak mampuan kita. Padahal Allah telah memilih kita, dan
alasan Allah memilih kita jauh lebih rasional dari pilihan manusia. Yakinlah jika
kita ikhlas karena Allah maka Allah akan meneguhkan kedudukan kita. Bukan hanya
dikampus, bahkan pasca kampus. Bukan hanya didunia tapi juga pasca dunia.
"Dan
Allah pasti akan menolong orang-orang yang menolong (agama) Nya, sesungguhnya
Allah Maha Kuat dan Maha Perkasa. Yaitu orang-orang yang jika Kami teguhkan
mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat,
menyuruh berbuat ma 'ruf dan mencegah kemungkaran, dan kepada Allah lah kembali
segala urusan" (Q.S. Al-Haj : 40-41).
Terkadang kemenangan
dakwah tertunda oleh ulah Da’inya sendiri dengan mengkotak-kotakkan yang satu
dengan yang lain (baik siyasi, da’awi dan ‘ilmi). Atau penundaan kemenangan itu
karena kita ujub atau karena kita merasa tidak mampu. Bahkan menurut Ust. Fatih
Yakan, Dakwah itu sendiri bisa roboh ditangan para Da’inya. Entah karena tidak
bisa mengatur persoalan personal atau karena tidak bisa mengatur persoalan
internal lembaga dakwah disamping persoalan eksternal yang menghalang-halangi
keberjalanan dakwah. Untuk itu seorang da’i dituntut untuk bisa menguasai
persaoalan yang ada dan menjadi problem solver bagi masyarakat sekitar. Tidak mudah
memang tapi kita mencoba berproses.
Persoalan yang menonjol
dikampus adalah klaim sepihak (personal) yang menyatakan dirinya kader rohis
atau kader sospol. Padahal mereka (mohon maaf) belum bisa disebut kader sospol atau
kader rohis. Memangnya mereka bisa apa sehingga bisa muncul statement dirinya
adalah hanya kader rohis atau hanya kader sospol sehingga enggan membantu
agenda lini lain (tanpa memikirkan ranah dakwah lain) yang harus kita seimbangkan?
Memangnya sudah punya pemikiran apa untuk rohis atau sospol?, memangnya sudah
melakukan amal apa untuk rohis atau sospol. Mungkin yang ada hanya bisa
menyampaikan qodhoya dan qodhoya tanpa membuahkan solusi yang kongkrit untuk permasalahan
tersebut. Untung saja cuma bisa menyampaikan masalah, yang lebih parah lagi
terkadang hanya bisa bikin masalah. Benar tidak? Kerja kita memang belum
apa-apa dibanding muasis (pendiri) dakwah terdahulu. Atau yang sering terjadi
adalah Kader lini tertentu enggan acaranya ditabrakan dengan kader lini lain,
mereka berlomba beralasan bahwa agenda lininya yag paling penting. Kader lini
tertentu enggan membantu agenda lembaga lini lain dengan alasan sudah
difokuskan dilini tertentu. Pantas saja proyek dakwah ini tak kunjung menemukan
aura kemenangan. Apakah seperti itu sikap dan mental kader dakwah.
Ingat kawan, lembaga
(wajihah) itu adalah wasail (sarana). Begitu juga dengan wasilah lainnya,
sehingga tidak menjadikan kita sebagai kader lembaga saja. Ada misi indah yang
kita rangkai dalam kita mengelola itu semua, meskipun utk menuju mimpi-mimpi
itu tidaklah mudah sehingga perlu persatuan dan kesatuan dari para mesin mesin
dakwah kampus yang ada.
Kita ditarbiyah bukan
untuk tujuan dipecah belah, kita ditarbiyah bukan untuk mengkotak-kotakan
semata, kita ditarbiyah bukan untuk dijadikan umpan perpecahan belaka. Kita ditarbiyah
utuk menjadi kader yang robbani. Kita ditarbiyah untuk bersatu memenangkan mega
proyek dakwah ini.
Jangan-jangan tarbiyah
kita selama ini hanya ikut ikutan, atau hanya karena gengsi biar tidak dibilang
ndak ngaji, atau hanya mengisi kesibukan tanpa makna. Atau karena terpaksa,
atau karena..... (silahkan ditanya dan dijawab sendiri). Pemahaman mendalam
tentang aktifitas tarbiyah yang kita lakukan insyaAllah akan menjadi
penyemangat kita dalam mengarungi jalan dakwah ini.
Tarbiyah membalut itu
semua, tarbiyah menyatukan serpihan halus dan serpihan kasar yang tercecer guna
mewujudkan kehidupan kampus yang madani. Tarbiyah islamiyah salah satu ikatan yang
mengikat kita menjadi jundi-jundi Allah yang siap membela agamaNya, bukan siap
membela lembaganya.
Kita kader tarbiyah
yang siap memenangkan proyek dakwah yang ada. Entah itu dilini da’awi, siyasi,
ilmi dan lini-lini yang lain. Pembagian lini adalah bentuk ikhtiyar dan tidak
bisa dijadikan pakem bahwa orang yang sudah ditempatkan dilini tertentu tidak
bisa membantu agenda dakwah di lini yang lain. Ingat antum/na kader lembaga
atau kader jamaah ini (tarbiyah)?
Ini renungan buat saya
pribadi semoga bisa bermanfat bagi yang lain.
Allahu’alam bishowab
Post a Comment for "Benarkah Kita Kader Rohis atau Kader Sospol?"
Post a Comment
PERHATIAN :
Balasan dari komentar anonim/ unknown akan dihapus setelah 24 jam.
Menyisipkan Link hidup akan langsung DIHAPUS
Terimakasih sudah berkenan untuk berkunjung.
Simak juga komentar yang ada karena bisa jadi akan lebih menjawab pertanyaan yg akan diajukan.