Menjadi Peserta Bermental Panitia
Segudang aktifitas dalam sepekan merupakan
ciri khas yang melekat pada kader tarbiyah. Mulai dari syuro, kuliah, tugas
akademik, praktikum, laporan, menghadiri kajian rutin, halaqoh, mengadakan
kegiatan buat syiar dakwah dan akademis, birul walidain, baca buku, diskusi,
silaturahim dan masih banyak lagi aktifitas lainnya. Baik aktifitas tersebut
merupakan aktifitas organisasi, aktfitas pribadi maupun aktifitas tarbawi
(jamaah).
Dalam beraktifitas, posisi kita terkadang
bisa menjadi peserta ataupun menjadi panitia suatu kegiatan. Kalau kita
cermati, pengorbanan manjadi panitia suatu kegiatan jauh lebih besar dari pada
pengorbanan peserta dalam mengikuti suatu kegiatan. Ketika kita memposisikan
menjadi peserta, sudahkah kita hadir tepat waktu sesuai dengan undangan yang
ditentukan panitia. Ketika kita menjadi peserta, jika ada penugasan kegiatan
apakah kita mengerjakan tugas itu dengan sungguh-sungguh (buat tugasnya saja
tidak, apalagi dikerjakan dengan sungguh-sungguh). Ketika kita menjadi peserta,
apakah kita membayangkan persiapan (pengorbanan) yang sudah dilakukan panitia
untuk kegiatan tersebut.
Memang ada simbiosis disini, tidak lengkap
rasanya suatu kepanitiaan (kegiatan) tanpa di hadiri peserta, meskipun hanya
beberapa orang saja yang hadir. Karena jika tidak ada seorang pesertapun yang
hadir, maka kegiatan tersebut terancam batal atau diundur dilain waktu.
Ditambah dengan ketidakenakan panitia kepada pihak yang sudah dihubungi
(kerjasama) untuk memberikan sambutan atau untuk mengisi acara tersebut, atau
berurusan dengan pihak penyedia tempat yang sdh dipersiapkan utk acara, atau
konsusmsi yang sudah terlanjur dipesan.
Tetapi mari kita tengok perjuangan panitia
dalam mempersiapkan kegiatan sehingga kita sebagai peserta, tidak memandang
rendah (tidak penting) suatu kegiatan. Sehingga minimal bisa mengurangi
indisipliner dan agar ketika kita di undang sebgai peserta, tidak ada lagi
alasan terpaksa atau prasangka buruk lainnya.
Ditengah kesibukan aktifitas organisasi,
aktifitas akademis dan aktifitas lainnya, panitia masih menyempatkan diri
untuk memikirkan konsep acara yang baik dan masih meluangkan waktu untuk syuro
minimal sekali sepekan atau bahkan lebih banyak dari itu agar acara yang
dibuatnya mempunyai goal setting yang jelas. Sedangkan peserta asyik dengan
kesibukan pribadinya. Dan sibuk berasalan tidak hadir jika diundang technical meeting.
Ditengah peserta memikirkan biaya
registrasi kegiatan yang katanya mahal, panitia sibuk mencari donator dan
sponshorship untuk mensubsidi iuran peserta atau untuk membayar DP pemesanan
konsumsi dan pengeluaran lainnya. Tidak jarang juga panitia harus menanggung
defisit keuangan suatu kegiatan mulai dari puluhan ribu sampai jutaan rupiah.
Ditengah peserta memikirkan sarapan pagi
karena acara dilakukan dipagi hari. Ternyata panitia hadir lebih awal dari
peserta guna memaksimalkan persipan acara serta menyambut peserta yang datang
lebih awal. Apakah panitia juga tidak membutuhkan sarapan?
Ketika peserta masih ada di tempat
masing-masing dan belum mempersiapkan diri untuk menghadiri kegiatan, sedangkan
panitia harus menahan malu karena birokrasi atau pejabat yang diundang untuk
ngisi sambutan atau pembicara pertama sudah datang sementara peserta hanya ada
satu atau dua orang saja di ruangan tempat acara.
Ketika panitia membuat peraturan untuk
ketertiban acara dan penugasan agar peserta menghadiri kegiatan tidak dengan
fikiran kosong, tetapi peserta menganggapnya itu tidak penting, panitia hanya
tersenyum ikhlas meski sempat memberi
teguran untuk menyadarkan peserta akan hal itu.
Menghargai orang lain berarti menghargai
diri sendiri, maka bersegeralah menyambut aktifitas yg panitia buat spesial
buat kita, seperti halnya firman Allah SWT :
“Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.” (At-taubah :41)
“Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.” (At-taubah :41)
Dari Abi Hurairah ra berkata, bahwa
Rasulullah saw telah bersabda: "Hak
antara sesama muslim ada enam." Lalu ditanyakan kepada Rasulullah:
"Apakah enam hak itu, ya Rasulullah?" Jawab Rasulullah: "Apabila
bertemu sampaikanlah salam, apabila diundang penuhilah undangannya, apabila
minta nasehat kepadamu maka nasehatilah, apabila bersin dan membaca hamdalah
maka doakanlah, apabila sakit jenguklah, dan ketika meninggal dunia iringkanlah
jehazahnya". (HR. Muslim dan Nasai).
Ketika kita masih bingung apakah bisa
hadir pada kegiatan tersebut atau tidak dengan segala pemikiran yang ada.
Kadang menghadiri dengan terpaksa karena taklimat dari qiyadah (Murabbi), atau
menghadirinya karena mencari ilmu semata. Atau yang lebih parah lagi kita
menganggap kegiatan itu kurang penting dan lebih penting kegiatan lain yang
sebenarnya ia hanya mencari agenda tandingan semata. atau karana
mengharap ridho Allah. Ingat kawan, keberkahan itu tergantung dari apa yang
kita niatkan.
Memenuhi panggilan (undangan), disamping
memenuhi hak sesama muslim juga sebagai miniatur jihad kita. Baik jihad dari
segi waktu karena kerelaan kita mengesampingkan aktifitas kita yang lain atau
jihad dalam bentuk harta dengan kita membayar registrasi kegiatan tersebut.
Manusia makhluk sosial
yang membutuhkan interaksi atau bantuan dengan orang lain dalam proses
kehidupan didunia. Interaksi yang baik antar sesama menjadi modal dasar bagi
kemudahan kehidupan yang kita jalani. Ingat kawan sesungguhnya ketika kita
berbuat baik untuk orang lain maka manfaatnya akan kembali untuk kita sendiri.
Sehingga tidak ada kerugian dalam kebaikan. “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat
baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi
dirimu sendiri”. (QS. Al Israa’: 7) ATAU DALAM FIRMAN Allah yang lain
yang artinya “Berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah Telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat
kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berbuat kerusakan. (Al-Qashah : 77)
Maka dari itu, mari kita
sikapi seruan itu dengan sami’na wa
atho’na “Ya, Allah berilah petunjuk
kepadaku kepada akhlaq yang paling baik, tidak bisa memberi petunjuk kepada
yang terbaik kecuali Engkau. Palingkanlah dariku keburukannya. Tidak bisa
memalingkan keburukannya dariku kecuali Engkau”. (Shahih Muslim
kitab para musafir, bab 26, hadits no 771)
Allahu ‘alam bishowab
Post a Comment for "Menjadi Peserta Bermental Panitia"
Post a Comment
PERHATIAN :
Balasan dari komentar anonim/ unknown akan dihapus setelah 24 jam.
Menyisipkan Link hidup akan langsung DIHAPUS
Terimakasih sudah berkenan untuk berkunjung.
Simak juga komentar yang ada karena bisa jadi akan lebih menjawab pertanyaan yg akan diajukan.